Wana wisata Coban Rondo tentu sudah banyak yang mengenalnya atau mengunjunginya. Terutama pelajar, mahasiswa, organisasi pecinta alam yang sering mengadakan camping, diklat, outbond dsb. Atau wisatawan yang sekedar ingin menikmati keindahan air terjun Coban Rondo. Dan tentunya sudah banyak juga artikel terutama di internet yang membahas tentang pesona Wanawisata Coban Rondo yang terletak di kecamatan Pujon kabupaten Malang ini.
Saya telah melakukan pendakian ke air terjun yang atas ini sebanyak 2 kali. Pertama kali ketika saya masih kelas 2 SMA (sekitar tahun 2005) dan ketika saya menjadi mahasiswa (sekitar tahun 2010). Pada pendakian pertama, saya mengajak seorang teman (Armada Bangsa), namun dia tidak sangggup melalui pendakian awal sehingga dia putuskan untuk menunggu di bawah. Perjalanan kedua saya mengajak teman (Aris Fahrudin) dan dia bisa menemani saya hingga ke air terjun yang di atas, namun dia tidak ikut ketika saya ke atas puncak air terjun coban rondo yang bawah.
Medan yang dilalui pada awalnya lumayan berat, karena lereng bukitnya cukup curam sehingga begitu melelahkan. Ketika pendakian sampai pada ketinggian yang sejajar dengan air terjun, permukaan tanahnya agak landai sehingga perjalanan dapat dilalui dengan santai sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya udara pegunungan.
Ketika sampai di ketinggian ini saya menyempatkan untuk menuju ke atas (puncak) air terjun Coban Rondo. Lokasi puncak air terjun ini agak di bawah ketinggian jalan setapak. Karena sulitnya medan yang kelihatannya tidak mungkin dilalui, teman saya Aris memutuskan untuk tidak ikut turun. Meskipun tidak ada jalan setapak yang menuju ke sana, saya tetap nekat menerobos semak-semak, sampai terperosok ke bawah. Wah, cukup memacu adrenalin. Sempat terpikir bagaimana saya bisa kembali ke atas ke jalan setapak, mengingat saya terperosok ketika menerobos semak-semak dan tidak jelas semak sebelah mana yang baru saya lalui. Seketika itu saya terpikir untuk mematahkan ranting semak-semak sebagai tanda jalur yang saya lewati, agar dapat saya jadikan petunjuk untuk kembali ke atas.
Sesampainya di puncak air terjun saya bergumam, “luarrr biasa..”. Puncak air terjun ini permukaannya berupa bebatuan, tidak ada tanah, tentunya tanah terseret arus dan jatuh bersama air terjun sehingga permukaan puncak air terjun ini tinggal batu saja.
Saya ingin mencoba menghampiri bibir puncak air terjun ini. Untuk itu saya mencari permukaan yang bisa dilewati. Karena satu sisi berupa tebing, maka saya harus menyeberang sungai, namun saya harus berhati-hati karena arusnya cukup deras. Kendati berhati-hati, saya masih terpeleset dan terseret arus. Astaga.. sekejap saya panik setengah mati, saya pikir saya akan terseret hingga jatuh dari puncak air terjun. Untung saja, masih ada permukaan sungai yang memiliki cekungan, sehingga saya terhenti di situ. Celana, baju, dan tas saya basah, untung saja hp yang saya gunakan untuk memotret tidak mati. Jadi saya masih bisa mendokumentasikan keindahan puncak air terjun ini. Ketika sampai di ujung puncak air terjun, saya sempatkan menengok ke bawah dan mengambil beberapa gambar.
Puas mengambil gambar dan menikmati sensasi berada di puncak air terjun, saya berusaha kembali ke atas ke jalan setapak dimana teman saya menunggu. Ketika bertemu dengan teman saya dia berkata kalau dia panik karena dia berterik-teriak memanggil saya namun tidak ada jawaban. Tentu saja saya tidak mendengar apalagi menjawabnya, karena arus di puncak air terjun tadi berderu cukup keras.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke air terjun yang di atas. Perjalanan kali ini sangat menyenangkan karena medan yang akan kami lalui berliku-liku menyusuri sungai, menapaki bebatuan, dan sesekali menyeberangi sungai untuk mencari jalan yang lebih mudah dilalui.
Rasa lelah pun tidak terasa karena suasana pegunungan, rimbunnya pepohonan dan semak, sejuknya udara dan dinginnya air yang mengalir membuat tubuh terasa segar.
Akhirnya sampailah di air terjun yang di atas. Suasana di sini sangat tenang, sunyi, hanya suara gemercik air terjun yang terdengar. Air terjun yang di atas ini tidak sederas air terjun coban rondo yang ada di bawah. Tenangnya suasana sempat membuat bulu kuduk saya berdiri, karena saya sempat samar-samar merasakan nuansa mistis. Ah mungkin hanya perasaan saya saja.
Saat memandang puncak air terjun muncul keinginan saya untuk menuju ke sana. Namun sekeliling air terjun ini hanya tebing batu dan saya tidak menemukan lereng yang tak begitu curam yang mungkin untuk didaki. Akhirnya saya hanya bisa menikmati keindahan air terjun dan bersantai untuk memulihkan tenaga. Ketika saya mengamati sekitar, saya melihat pemandangan yang kurang sedap, ada sampah plastik bungkus makanan bekas pengunjung yang pernah ke sini, juga batu yang dicoret-coret.
Demikian yang bisa saya ceritakan tentang petualangan ke air terjun atas Coban Rondo. Jika anda tertarik jangan ragu untuk mencoba. Anda akan mendapatkan pengalaman baru yang pasti menyenangkan, dan sangat cocok untuk menyalurkan hobi hiking atau sekedar berekreasi. Di samping itu pemandangannya sangat indah dan menyejukkan mata. So pasti gak nyesel deh, saya pun ingin bertualang lagi ke sana. Yang pasti persiapkan stamina dulu sebelum mendaki ke atas. Selamat mencoba....